[Ficlet-Series] Could I?

Author:  anonymouspark

Genre: Fluff, Romance, Friendship, Comedy.

Lenght: Ficlet-Series

Cast:

Park Chanyeol

Song Ga Eun (OC/You)

Kim Jongin

Other Cast:

Find it by yourself

Disclaimer: This is just a fanfic.

AN: This story fresh from oven (read:my brain). All of cast belong to God. Poster made by me.

Cerita ini adalah kelanjutan Ga Eun dengan Chanyeol. Disini author menambahkan beberapa cast dengan alur cerita yang sama. Hope you like it ♥

Hello my readers/silent readers. Just do not take/steal any ideas from this fict.

Previous story: Best (Boy)Friend l I’m (Not) Happy l Runaway l My Heartbreak l A Lot of Story l Unexpected Guest l An Explanation l Another Reason l Why Not

‘Thanks for your weirdness that could bring my smile,’

“Jadi apa yang bisa aku bantu disini,” tanya Ga Eun seraya langkahnya mengitari apartemen Jongin. Ga Eun melihat seluruh sudut apartemen Jongin. Dinding apartemen yang dominan dengan warna hitam dan putih, sofa yang berwarna hitam dengan meja berwarna putih satu set, ada beberapa lukisan yang menghiasi dinding Jongin dengan dominan warna hitam dan putih. Ga Eun melihat seluruh isi apartemen Jongin dan merasa isi apartemen Jongin tersebut sudah tertata dengan rapi. Jongin hanya memandang langkah Ga Eun yang mengitari seluruh apartemennya, tidak lupa Jongin tersenyum senang saat melihat gadis itu.

“Aku heran, setelah diperhatikan semua tatanan apartemen sudah tersusun rapi, apa yang kau maksud dengan membantu mu?” tanya Ga Eun heran. Jongin tidak menjawab langsung pertanyaan Ga Eun tetapi Jongin mendekati Ga Eun.

“Jika kau melihat ruang tamu, ruang tengah dan dapur, memang tidak ada yang perlu diperbaiki, mungkin ada yang perlu ditambah tetapi hanya beberapa. Yang ku maksud adalah sebuah ruangan kosong. Ikutlah dengan ku,” Jongin tanpa meminta izin Ga Eun dengan langsung memegang lengan Ga Eun kemudian menarik langkah Ga Eun menuju sebuah kamar.

Langkah Jongin dan Ga Eun berhenti di sebuah ruangan yang cukup luas yang masih polos. Ruangan tersebut memang masih kosong dan belum dicat hitam dan putih seperti ruangan lainnya yang ada di apartemen Jongin.

“Ruangan ini sengaja kosong, aku sengaja tidak memberinya apa-apa untuk saat ini. Tetapi aku hanya akan mendekorasi dinding dan beberapa peralatan yang belum aku butuhkan disini,” ujar Jongin berjalan mendekati wallpaper dinding yang menumpuk.

“Jadi ruangan ini akan kau jadikan gudang?” tanya Ga Eun. Jongin dengan cepat menggeleng kemudian membalas  pertanyaan Ga Eun. “Tidak, untuk gudang sendiri aku sudah ada dan itu berada diantara ruang tengah dan ruang dapur. Ruangan ini, entahlah, mungkin aku akan membiarkan gadis yang aku sukai nantinya akan mendekorasi ini.”

“Jadi seperti kau akan memberikan akses bebas untuk kekasih mu di ruangan ini?” Ga Eun kembali bertanya. Jongin masih sibuk memeriksa wallpaper dinding yang akan dia tempel di ruangan tersebut, dirinya merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Ga Eun yang memang dia sendiri tidak tahu jawabannya.

Ga Eun membalikkan badannya saat Jongin tidak menjawab pertanyaan. Langkah Ga Eun mendekati Jongin saat lelaki itu kesulitan mengatur wallpaper dinding yang akan dia tempel nantinya.

“Kau butuh bantuan apa—“

“Tidak usah. Ini akan menyusahkan, kau hanya perlu melihatku dari jauh,” Jongin dengan cepat menjauhkan tangan Ga Eun yang akan mengangkat wallpape yang lumayan berat tersebut.

“Tetapi aku ingin membantu—“

“Jika aku butuh bantuan mu, aku akan memanggilmu,” ucap Jongin sebelum keluar dari ruangan tersebut. Ga Eun kembali memeriksa setiap sudut ruangan itu, hingga langkahnya berhenti di jendela yang berada disisi kanan ruangan tersebut, Ga Eun dapat melihat kota Seoul yang terlihat sangat sibuk sore itu.

“Berat dan melelahkan juga,” teriak Jongin memasuki ruangan tersebut dengan tangannya yang mengangkat tangga.

“Salahmu sendiri, aku sudah menawarkan bantuan,” ucap Ga Eun tanpa melihat Jongin yang kelelahan tersebut.

Jongin tertawa kecil sebelum membalas Ga Eun. “Kau pikir aku benar-benar meminta mu untuk membantu ku? Tentu saja tidak. Bagaimana pun aku tidak akan membiarkan seorang gadis mengerjakan pekerjaan lelaki.” Jongin memindahkan tangga di sisi kiri ruangan lalu mengambil wallpaper dinding dan bersiap untuk menempel wallpaper dinding.

Ga Eun tidak terlalu memperdulikan ucapan Jongin pun kembali mendekati Jongin dan memberi Jongin wallpaper yang susah dia gapai dari tangga.

“Tidak usah berlebihan, kau kira aku wanita zaman dulu? Wanita zaman sekarang bisa melakukan pekerjaan lelaki sekarang jadi jangan meremehkan aku,” omel Ga Eun. Jongin hanya tersenyum mendengar gadis itu mengomel lalu tangan Jongin kembali sibuk menempelkan wallpaper dinding. Semakin tinggi semakin susah Jongin menggapai dan menempel wallpaper dinding, Ga Eun dengan segera menahan tangga yang dinaiki Jongin dengan memeluk tangga tersebut.

“Jangan takut. Aku akan menahan tangga ini dari bawah,” ujar Ga Eun.

“Terima kasih,” balas Jongin karena Ga Eun menolongnya.

Tidak terasa Jongin dan Ga Eun sudah memakan waktu selama 3 jam untuk menempel wallpaper dinding. Baik Ga Eun dan Jongin sama-sama terduduk di ruangan tersebut.

“Melelahkan juga,” ujar Jongin sembari meregangkan otot tangannya yang terasa capek.

“Tentu saja kau lelah, dirimu terlalu memaksakan diri untuk menggapai langit ruangan ini,” ucap Ga Eun sedikit mengomel terhadap Jongin, bagaimana pun Ga Eun sudah memperingati Jongin tadi agar lelaki itu tidak terlalu memaksakan dirinya. Jongin kembali tersenyum mendengar omelan Ga Eun, baginya omelan yang keluar dari mulut Ga Eun adalah suatu hal yang menarik dan lucu.

Tidak tahu apa yang mendorong Jongin sehingga kepalanya kini bersandar di paha Ga Eun. Ga Eun dengan langsung menengok Jongin saat lelaki tersebut menyandarkan kepalanya.

“Jongin—“

“Boleh kah? Aku merasa lelah, jika tidak boleh aku tidak akan memperdulikan mu dan akan tetap menyandarkan kepalaku ini,” ucap Jongin dengan kedua matanya yang tertutup. Ga Eun dapat melihat wajah Jongin terlihat sangat lelah. Melihat peluh yang keluar dari wajah Jongin, dengan cepat tangan Ga Eun mengambil sapu tangan di saku celananya kemudian dengan pelan Ga Eun melap peluh yang membanjiri wajah Jongin.

Senyum membelah di wajah Jongin saat dia merasakan sentuhan lembut yang berasal dari tangan Ga Eun. Tentunya Jongin masih menutup kedua matanya untuk menikmati momen itu dan agar dirinya tidak merusak suasana.

“Kau terlihat sanga lelah,” ucap Ga Eun dengan suaranya yang pelan.

“Benarkah? Tetapi aku rasa lelah ku sudah hilang seraya tangan mu tadi menyeka peluhku tadi,” Jongin mulai menggoda Ga Eun dengan kalimat puitisnya.

Tangan Ga Eun yang menyeka peluh Jongin tadi pun dengan sengaja menampar kecil wajah Jongin, Ga Eun tertawa kecil lalu membalas ucapan Jongin, “kau jangan mulai lagi ya,” ancam Ga Eun yang terdengar seperti sebuah candaan.

“Aw! Sakit!” ringis Jongin yang sangat terlambat. Ga Eun tertawa melihat respon Jongin yang sangat amat terlambat tersebut.

“Hei tuan Aneh! Aku menampar mu beberapa detik yang lalu dan kau baru meringis sekarang? Ada-ada saja!” Ga Eun kembali mengomel.

“Bukan pipi ku yang sakit, tetapi kepalaku,” Jongin kembali meringis kesakitan.

“Apa? Serius? Sebelah mana?” dengan segera tangan Ga Eun berpindah dari wajah Jongin ke kepala lelaki tersebut, lalu memijat kecil kepala Jongin.

“Iya, yang kau pegang itu, bisa kah kau lebih kuat memijat kepala ku,” pinta Jongin. Tangan Ga Eun dengan cepat memperkuat pijatannya di kepala Jongin.

“Nah seperti itu,” ujar Jongin dengan senyum miringnya.

Ga Eun menarik rambut kepala Jongin pelan saat melihat lelaki itu kembali menggodanya lagi, “Aku tahu kau hanya bercanda dan bermaksud menggoda ku lagi dengan alasan sakit kepala mu ini, tetapi berhubung aku sedang berbaik hati dan mengingat kau memberiku makan siang, jadi aku hanya akan membalas kebaikan hatimu dengan ini, kau mengerti?”.

“Kau sungguh cerewet Nona Aneh, tolong biarkan aku tenggelam bersama tangan mu yang menyentuh rambut ku dengan penuh kasih sayang ini untuk sebentar, kau mengerti?” balas Jongin tidak bosan menggoda Ga Eun.

Baik Jongin dan Ga Eun sama-sama tersenyum, mengingat panggilan “Aneh” tidak pernah absen diantara mereka.

Hello~ Kembali lagi bersama series yang berasa udah seperti web drama ini *maafkan lebayan author*. Senang sekali melihat banyak sekali yang membaca series ini but less comment tapi tetap aku berterima kasih buat kalian yang sudah baca dan berterima kasih banyak yang sudah banyak+komentar+suka postingan aku, kalian super sekali!

Well, giman series ini? Menarik? Menyenangkan? Super sekali! *berasa iklan*. Nah karena author sedang baik hati author bakal post 2 series sekaligus tetapi next series berhubung author lagi rajin bikinnya lebih panjang daripada ficlet dan next series adalah berupa oneshot masih dengan kelanjutan cerita mereka.

Next: [Series] I Still Have You…

Semoga kalian suka, sekian dari author, see you on next story! Xoxo~

63 thoughts on “[Ficlet-Series] Could I?

Thanks For Leave Your Comment